Kuningan News - Kelurahan Awirarangan, sebuah wilayah yang
kini terletak di sekitar pusat pemerintahan Kuningan, Jawa Barat, memiliki
sejarah panjang yang menarik untuk dipahami. Untuk mengetahui lebih dalam
tentang sejarah dan perkembangan kelurahan ini, kami berbincang langsung dengan
Plt. Lurah Awirarangan (Budiman, S.E., M.Si) yang menjelaskan berbagai hal mulai dari asal
usul nama hingga dinamika sosial ekonomi masyarakatnya.
Asal Usul Nama dan Sejarah Awal
Menurut Plt. Lurah Awirarangan (Budiman,
S.E., M.S.)i, nama "Awirarangan" memiliki arti yang sangat terkait
dengan lingkungan alam. "Awi" dalam bahasa Sunda berarti bambu,
sementara “rarangan” berarti terlarang atau dilindungi. “Dahulu, masyarakat
setempat sering menyebut wilayah ini sebagai daerah yang dipenuhi oleh rumpun
bambu yang lebat. Dalam kepercayaan masyarakat, bambu ini dianggap sakral dan
perlu dilindungi,” jelasnya. Hal ini mungkin menjadi dasar penamaan
Awirarangan.
Kelurahan Awirarangan diperkirakan sudah
ada sejak zaman kolonial Belanda ketika administrasi wilayah mulai disusun
lebih terstruktur. Pada waktu itu, Kuningan menjadi salah satu daerah strategis
yang berkembang pesat, dan wilayah Awirarangan mulai mengalami pembentukan
sebagai satuan administratif.
Perkembangan Masyarakat dan Ekonomi
Dalam perjalanan waktu, Awirarangan terus
berkembang. Plt. Lurah (Budiman, S.E., M.Si) menjelaskan bahwa masyarakat
Awirarangan semula adalah masyarakat agraris yang mengandalkan lahan pertanian
dan perkebunan. Namun, seiring pembangunan yang semakin pesat di pusat Kota
Kuningan, masyarakat mulai beralih ke sektor perdagangan dan jasa. “Banyak
penduduk yang sekarang bekerja di bidang perdagangan, jasa, bahkan beberapa
membuka usaha kecil di rumah mereka sendiri,” ujarnya.
Dengan adanya jalan-jalan utama yang
menghubungkan wilayah Awirarangan ke pusat kota, akses masyarakat untuk mencari
penghidupan juga semakin terbuka. Masyarakat yang semula bergantung pada
pertanian kini mulai melakukan diversifikasi ekonomi, dan Plt. Lurah
menyebutkan bahwa ini adalah hal positif karena meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. “Kami mendorong warga untuk berinovasi, baik di sektor ekonomi
maupun sosial,” tambahnya.
Pelestarian Budaya dan Kearifan Lokal
Di tengah perubahan zaman, budaya Sunda
yang khas tetap melekat dalam kehidupan masyarakat Awirarangan. Plt. Lurah
menjelaskan bahwa setiap tahun masyarakat masih mengadakan tradisi seperti
sedekah bumi, perayaan hari besar keagamaan, dan berbagai acara adat. “Ini
menjadi salah satu upaya kami dalam mempertahankan nilai budaya dan kearifan
lokal yang diwariskan nenek moyang kita,” jelasnya dengan bangga.
Selain itu, budaya gotong royong yang sudah
mengakar sejak lama tetap menjadi ciri khas masyarakat Awirarangan. Setiap ada
acara kemasyarakatan atau pembangunan fasilitas umum, warga secara sukarela
bergotong royong. Menurut Plt. Lurah, “Ini adalah nilai yang ingin kami
lestarikan, karena gotong royong adalah warisan yang sangat berharga bagi
masyarakat kita.”
Tantangan dan Harapan ke Depan
Plt. Lurah juga berbagi pandangan mengenai
tantangan yang dihadapi Kelurahan Awirarangan di masa sekarang, termasuk
tantangan dari sisi modernisasi dan urbanisasi. “Dengan berkembangnya wilayah
ini, kami menghadapi tantangan dalam hal pengelolaan lahan dan lingkungan. Kami
harus berhati-hati agar pembangunan yang ada tidak merusak lingkungan dan tetap
mempertahankan ruang hijau,” ungkapnya.
Urbanisasi juga membawa tantangan dalam
bentuk perubahan pola hidup masyarakat, khususnya bagi generasi muda yang lebih
terbuka terhadap pengaruh global. Namun, Plt. Lurah optimis bahwa dengan
dukungan dari pemerintah dan kerjasama masyarakat, kelurahan ini bisa
menghadapi tantangan tersebut. “Kami berharap masyarakat bisa beradaptasi
dengan perubahan, tapi tetap memegang teguh nilai-nilai tradisional dan adat,”
jelasnya.
Selain itu, Plt. Lurah menjelaskan bahwa
salah satu program utama pemerintah kelurahan adalah mendorong pendidikan dan
keterampilan bagi masyarakat, terutama di kalangan generasi muda. Hal ini
dianggap penting agar pemuda Awirarangan dapat menjadi motor penggerak kemajuan
kelurahan, baik dalam bidang ekonomi, sosial, maupun kebudayaan.
Berdasarkan wawancara dengan Plt. Lurah
Awirarangan, terlihat bahwa kelurahan ini memiliki sejarah yang panjang dan
potensi besar untuk berkembang. Meskipun menghadapi tantangan modernisasi dan
perubahan sosial, masyarakat Awirarangan tetap mempertahankan nilai-nilai lokal
dan budaya Sunda yang menjadi identitas mereka. Dukungan pemerintah kelurahan,
bersama partisipasi aktif masyarakat, menjadi kunci agar Awirarangan dapat maju
tanpa kehilangan jati dirinya.
Plt. Lurah mengungkapkan harapannya agar
Awirarangan bisa menjadi contoh kelurahan yang harmonis antara perkembangan
modern dan pelestarian budaya. "Kami ingin masyarakat Awirarangan tidak
hanya maju dari sisi ekonomi, tapi juga tetap menjaga dan menghargai warisan
leluhur," tutupnya.
Penulis : Andri Andriyana (Mahasiswa Teknologi Pangan Unisa Kuningan)